top of page

I Became the First Prince: Legend of Sword's Song

IBTFP: Prolog: Text

Prolog

(T\N: perubahan sudut pandang antara aku dan dia pada novel ini sepenuhnya seperti apa yang ditulis oleh pengarang. Dante tidak mengubah apapun.)

Halo, dear! Selamat membaca novel terjemahan baru.

Seperti semua orang, aku menjemput takdirku dan mati, meninggalkan semua yang kumiliki.  Meskipun tak terhindarkan, kematian tak pernah permanen.  Aku bereinkarnasi kembali, tapi kali ini sebagai pedang.  Tanpa tubuh manusia ku sendiri, aku menunggu dalam kesabaran saat dunia di sekitarku terus berputar dan berubah.  Tapi penantian panjang ini akhirnya berakhir saat sebuah kesempatan muncul tiba-tiba.
Tubuh logam keras yang telah menjadi rumah ku seketika menjadi daging saat aku berhasil mengambil alih tubuh seorang pangeran yang terkenal.
Tubuh sang pangeran lebih gemuk dari yang lain;  banyak orang bahkan menyebutnya secara blak-blakan sebagai obesitas.  Tapi ini tak masalah bagi ku, karena tubuh ini masih punya banyak potensi yang menunggu untuk dipoles.
Di masa ku, aku telah membesarkan beberapa anak — seorang ksatria hebat yang dikenal sebagai Yang Tak Terkalahkan, dan seorang Pembunuh Naga yang ditakuti.  Aku membesarkan keduanya, jadi menangani tubuh baru ini bukanlah apa-apa.
Pangeran Mangani (1)
Takdir punya rencana lain untukku saat memutuskan membawaku kembali ke dunia sebagai pedang.
Seperti pedang mana pun, eksistensi ku berkutat pada melayani seorang Master sampai muncul yang lebih layak mengklaim ku;  ini adalah hukum alam dalam kehidupan ksatria — hanya orang yang kuat, yang bisa menggunakan pedang yang kuat.  Pada akhirnya,  nasib menyegelku di tangan seorang juara yang layak, yang pada akhirnya aku menyebutnya teman.
Bersama-sama, kami terbang ke tempat tertinggi, yang orang lain hanya bisa mengimpikannya.  Musuh dan monster tak terhitung jumlahnya telah menemui ajalnya di ujung pedangku. Tak ada yang punya kesempatan melawan kami, bahkan Naga Putih dari Pegunungan Frost, yang kematiannya ada di tangan teman dan rekan ku, membuatnya menjadi raja dari bangsanya.
Ia memerintah dengan penuh kebijaksanaan, dan kerajaannya menjadi makmur.  Tapi semua hal yang dimulai akan selalu berakhir;  bahkan Legenda Pembunuh Naga pun tak bisa menghindari kematian selamanya.
"Tolong jaga keturunan ku seperti yang kau lakukan padaku."
Dan begitu saja, apa yang tampaknya seperti persahabatan abadi akhirnya berakhir.  Dan aku diwariskan pada keturunan-keturunan dari sahabatku, bersama dengan legenda Pembunuh Naga.
***
'Uhm.'
Mimpi damai selama bertahun-tahun tiba-tiba terganggu oleh keributan.  Aku terbangun untuk menyelidiki apa yang membangunkan ku dari tidur, hanya untuk menemukan diriku di tangan seorang manusia gemuk yang melambai-lambaikan ku ke udara dengan liar.
"Mulai sekarang, aku adalah penguasa pedang ini!"  nyatanya, aura penuh arogansi yang kental berputar-putar di sekelilingnya.
“Your Highness, tak ada orang lain selain His Majesty yang diizinkan menyentuh pedang suci.  Tolong segera kembalikan!"  pinta kesatria pengawal agar sang pangeran melepaskan ku.
'Pangeran?'
Aku melihat sekeliling dan menemukan lambang kerajaan. Orang gemuk yang dengan angkuh mengaku sebagai tuan baruku itu memang pangeran, keturunan temanku.
'Dia seorang pangeran, atau babi?' Mau tak mau aku bertanya-tanya.  Tak ada satu inci pun tubuhnya yang menyerupai teman ku yang keberaniannya sebanding dengan singa.  Orang ini lebih mirip babi daripada binatang buas.
"Diam!  Tak ada yang tak bisa ku sentuh di negeri ini!"  ia marah, kemarahan dan frustrasi membengkak di dalam dirinya.
Aku telah melihat banyak hal dalam hidup, tapi yang satu ini adalah pengalaman yang benar-benar mengejutkan.
'Omong kosong!'
Kabar soal menjadi seperti apa garis keturunan teman ku sulit untuk diterima, jadi aku memutuskan untuk menggunakan kekuatan Penghakiman untuk menemukan kebenaran.
Adrian Leonberger [laki-laki, 15 tahun]
Bakat.  [tidak ada]
Karakteristik.  [Skeptis], [Obesitas Tinggi], [Terlindung], [Horny], [Kemalasan], [Tertipu], [Gangguan Respon Mana]
Leonberger… Penyebutan nama itu saja sudah cukup untuk membuatku kehilangan kata-kata.  Itu menegaskan ketakutan terdalam ku.  Dia memang keturunan temanku, tapi dia hanya keturunan dari namanya saja, karena kualitasnya tak kan pernah bisa menandingi temanku, Gruhorn.
"Dengan pedang ini di sisiku, His Majesty dan bangsawan lainnya tak kan punya pilihan selain mengikuti ku" Dia mengumumkan dengan arogan ke seluru penjuru ruangan agar terdengar oleh semua orang.
"Aku tidak ingin meminjamkanmu kekuatanku."
"Pembunuh Naga Hebat!  Beri aku kekuatan! "  Pangeran gemuk menjerit.
"Tidak."
"Gruhorn!"  Dia berteriak lebih keras dengan nada tidak sabar.
Kali ini aku tidak menjawab.  Sang Pangeran mungkin adalah keturunan temanku, tetapi apakah dia layak atau tidak untuk kekuatanku adalah cerita lain.
"Ugh-woo-oh-oh-oh!"  Dia meraihku dan berlari seperti orang gila.  Seorang pangeran gemuk berubah menjadi babi hutan dengan pedang mematikan di tangannya.
"Oh, ini buruk!"
“Yang Mulia!  Tolong kembalikan pedangnya!"
"Kau tidak boleh membawa pedang ke luar istana!"
Semua kata-kata mereka memantul di telinga tuli saat sang pangeran melanjutkan dramanya.  Orang lain tak bereaksi banyak terhadap tindakannya, mengisyaratkan bahwa leluconnya mungkin juga merupakan perilaku khasnya setiap hari.
Semuanya tampak seperti lelucon yang tak berbahaya sampai ia mencoba menggunakan ku untuk memotong udara.  Tubuhnya yang tak terlatih tak bisa menjaga keseimbangannya, dan ia akhirnya jatuh ke depan.
Ada benjolan keras saat seluruh berat badannya jatuh ke tanah.  Tubuhku, yang cukup tajam untuk memotong bahkan sisik naga yang perkasa, dengan cepat membenamkan dirinya ke dalam dagingnya yang lembut.
'Hah?'
Bau darah meresap ke seluruh indra ku, sesuatu yang sudah lama tak ku alami.
'Oh tidak!'
Kepanikan melanda ku saat menyadari hanya ada satu kemungkinan sumber darah yang sekarang melapisi ku – keturunan teman lama ku.  Ironisnya, aku yang ditugasi menjaganya adalah orang yang mengakhiri hidupnya.
Tapi perasaan sedih itu dengan cepat digantikan oleh sensasi aneh yang menimpa seluruh indra ku.  Tiba-tiba, aku merasa tak seperti diriku yang biasanya.  Rasa sakit fisik, yang belum pernah kurasakan sejak reinkarnasiku sebagai pedang, tiba-tiba menyerangku.  Aku bisa merasakan luka besar berdenyut di perutku.
Aku mencoba memahami apa yang terjadi, tetapi penglihatan ku mulai memudar.  Bahkan kesadaranku mulai menghilang.  Segera, semuanya menjadi gelap, dan aku merasa diri ku sekali lagi tertidur lelap.
***
Saat ditanya tentang siapa Adrian Leonberger, kebanyakan orang akan menghindari pertanyaan dengan wajah canggung.
Jika yang bertanya adalah orang mereka percayai, kau akan mendengar mereka menceritakan kisah yang disebut "The Royal Shame".  Jika kau beruntung, kau akan mendapatkan jawaban yang lebih spesifik seperti:
"Tak ada yang perlu dikatakan tentang dia."
"Dia sudah tidak bisa ditolong."
“Satu-satunya hal yang hebat tentangnya adalah keserakahannya.  Tak ada seorang pun di kerajaan yang bisa mengalahkannya dalam hal keserakahan!"
“Babi bodoh, malas, kejam.  Hanya itu bagi sang pangeran."
Kritik seperti ini dilontarkan dengan santai sambil minum-minum selama tak ada penjaga kerajaan di sekitar.
Raja Idrión Leonberger adalah penguasa kerajaan yang berani dan bijaksana.  Tapi hal yang sama tak dapat dikatakan untuk putra sulungnya, Pangeran Adrian, yang akan mewarisi kerajaan saat saatnya tiba.  Ia seperti awan gelap yang menggantung di masa depan kerajaan, memberikan bayangan yang cukup gelap hingga menutupi matahari.
Semua orang di kerajaan takut bahwa tak kan ada masa depan bagi mereka jika dia menggantikan takhta.  Tak ada perbedaan pendapat mengenai hal ini;  tak ada yang menginginkan Pangeran Adrian naik takhta.
Tapi sesuatu terjadi suatu hari yang mengejutkan semua orang di istana.  Penjaga menemukan pangeran terluka parah.  Bagaimana ia selamat adalah sebuah misteri bahkan bagi para penyembuh terhebat di kerajaan mereka.  Meski hidup, sang pangeran tak sadarkan diri.
Sebagian orang dengan cepat berterima kasih pada surga karena membantu kerajaan menghindari nasib Pangeran Adrian sebagai penguasa berikutnya, dan ada juga yang lebih bijaksana yang bertanya terlebih dahulu apa yang terjadi.
Desas-desus tentang ia tertusuk oleh pedang yang ia ayunkan dengan sembrono dengan cepat menyebar.  Fakta bahwa itu adalah pedang yang diukir dengan tanda dari raja pendiri kerajaan, Dragon Slayer Gruhorn, juga tak banyak membantu.
Perayaan singkat ini hanya berlangsung sesaat, karena muncul laporan yang mengatakan Pangeran Adrian telah sadar kembali.  Ia juga mengatakan tubuhnya juga pulih tanpa masalah.
Seperti yang diharapkan, banyak yang kecewa, dan beberapa bahkan berteriak, mengatakan bahwa surga telah menyerahkan kerajaan mereka ke tangan pangeran yang rakus dan sia-sia.
Pemulihan sang pangeran membawa perubahan yang tak banyak diperhatikan.  Yang pertama mendeteksi perubahan ini adalah para wanita istana kerajaan.
"Pangeran tak membalik meja baru-baru ini seperti yang biasa ia lakukan setiap hari, dan ia hanya diam selama beberapa hari!"
"Ia tak pernah memanggil kelompokku sejak bangun tidur, tidak sekali pun!"
Para wanita di istana dengan santai bertukar kata-kata ini di belakang punggung sang pangeran.  Mereka yang telah terbiasa dengan kegilaan sang pangeran setiap hari terkejut dengan tak adanya keributan sejak ia bangun.
Terlepas dari rumor yang beredar di sekitar dinding kastil, masih ada yang tak memperhatikan perubahannya.  Kebanyakan dari mereka hanya berasumsi bahwa sang pangeran hanya bersembunyi karena malu atas apa yang terjadi.  Tak ada yang mau mengakui bahwa pangeran mendapat perubahan hati yang tulus.  Mereka hanya diam-diam menunggu waktu sampai sang pangeran perlahan kembali pada kesombongannya yang biasa.
Tetapi Pangeran Adrian, pusat dari semua rumor ini, tak tertarik dengan apa yang mereka katakan tentangnya.  Ia lebih mengkhawatirkan sesuatu yang jauh lebih serius—kecelakaan yang telah ia lakukan.
'Ya Tuhan!  Aku membunuh keturunan teman ku dan mencuri tubuhnya! 'Hanya itu yang bisa ia pikirkan saat ini.
***
Itu adalah sebuah kecelakaan.  Tak ada yang bisa menyalahkan ku.
Bukan salahku bahwa legenda "Pembunuh Naga" menyihir pangeran bodoh ini, dan membuatnya percaya bahwa ia bisa menjadi pahlawan yang menyaingi leluhurnya.
Nuansa pedang kuno di tangannya membuat sang pangeran berdenyut kegirangan.  Ia tak menyadari betapa berbahayanya pedang legenda sampai terlambat.  Ia mati karena ambisi dan kecerobohannya.  Dan sekarang, entah bagaimana, melalui tipuan takdir yang aneh, tubuh sang pangeran hidup sebagai wadah ku.
"Tolong jaga keturunanku."
Permintaan lama temannya bergema di benaknya sekali lagi.  Tapi bukannya menjaga mereka tetap aman, ia malah mengambil nyawa salah satu dari mereka.  Tapi yang lebih buruk adalah ia juga mengambil alih tubuhnya.
Waktu berlalu, dan saat itu mendekati bulan purnama.  Namun, ia masih tak bisa menemukan dalam dirinya keyakinan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana orang yang berdiri di depan mereka bukan lagi pangeran yang sama yang pernah mereka kenal.  Ia bahkan tak bisa membuat dirinya berduka atas kehilangan pangeran yang ia bunuh.
"Oh, apa yang bisa kulakukan sekarang?"
Jawabannya sederhana.  Aku harus hidup sebagai pangeran yang sudah mati.  Tetapi bahkan sebelum aku bisa menyelesaikan pikiranku, aku mendapati diriku tertawa terbahak-bahak pada ironi situasinya.
Ini bukan pertukaran yang setara.  Ratusan tahun mengakumulasi cukup kekuatan yang mampu menjatuhkan naga dan monster, telah lenyap dengan imbalan tubuh pangeran gemuk.  Pedang legenda yang membuat kerajaan ini muncul berubah menjadi seonggok daging.
Tapi aku tak goyah sebelumnya, sekarang pun tidak.
Jika, di masa lalu, aku berhasil membentuk seorang ksatria tak terkalahkan dari seorang anak penurut, maka pasti ini tak kan menjadi masalah bagi ku.  Tentunya, aku, yang mampu membuat banyak orang dalam sejarah menjadi pahlawan, akan berhasil membuat pahlawan dari yang satu ini.
"Pertama, aku butuh Mana Heart."
Seperti biasa, langkah pertama adalah mendapatkan Mana Heart.  Satu-satunya perbedaan kali ini adalah aku harus mengambil langkah menggunakan kedua kaki ku sendiri.

IBTFP: Prolog: List
IBTFP: Prolog: Text

Tinggalkan Komentar

Thanks for submitting!

IBTFP: Prolog: Feedback Form

Subscribe Form

Thanks for submitting!

©2021 by Flame of Dante. Proudly created with Wix.com

bottom of page