top of page
SATS Bab 10:: Text

Bab 10: Aku Punya Dua Pacar

Kamar 201. Kamar asrama pria.

Liu Rui sedang mengerjakan pertanyaan latihan di bawah lampu meja ketika ia tiba-tiba menghentikan penanya dan melihat ke pintu kamar. Ia bertanya dengan sembarangan, "Mengapa Zhou belum kembali?"

Huang Guangming sedang duduk di tempat tidur bermain soul hunters. Ia bahkan tidak mengangkat kepalanya saat menjawab, "aku nggak tahu. Kenapa kau begitu peduli dengannya? Apa kau gay atau semacamnya? Menjijikkan!"

"Turun! Aku akan menghajar mu!"

Liu Rui mengumpat. Iaa meraih tangga dan mulai menggoyang tempat tidur sehingga Huang Guangming bahkan tidak bisa melihat teleponnya dengan jelas. Ia dengan cepat meraih pagar dan berteriak meminta belas kasihan.

"Kakak Liu! Kakak Liu! Aku salah, aku salah! Berhenti menggoyangnya! Aku akan mati! Ahhhhh ~"

Faktanya, tidak mungkin ia bisa mati. Bingkai tempat tidur saling terhubung. Ada juga banyak buku dan pakaian di kabinet yang menyangganya. Bahkan jika Liu Rui melemparkan seluruh berat tubuhnya ke tangga, ia masih tidak bisa membalik benda persegi panjang besar itu.

Dua orang berisik ini sudah menjadi norma untuk Kamar 201.

Shi Shang sedang belajar bahasa Inggris ketika ia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berkata dengan dingin, "Ngomong-ngomong, Zhou tidak bekerja paruh waktu akhir-akhir ini. Ia juga berhenti bermain League di malam hari dan menghabiskan seluruh waktunya di perpustakaan. Mungkin ... "

"Mungkin?" Telinga Liu Rui terbuka lebar.

"Mungkin ia pacaran?" kata Shi Shang dengan nada ragu.

Liu Rui: "..."

Huang Guangming: "..."

"... Ya, kenapa kalian diam saja?" kata Shi Shang  malu-malu saat menyadari ruangan itu sunyi.

Liu Rui dan Huang Guangming saling memandang sebelum melihat Shi Shang.

Dengan nada serius, Liu Rui berkata, "Kamu gila"

"sialan kau, panggil aku gila lagi dan lihat apa yang terjadi!"

Huang Guangming berkata dengan serius, "Kau gila. Kita jurusan matematika."

"..."

Logika ini terlalu sempurna. Tenggorokan Shi Shang tercekat dan ia terdiam. Air mata hampir mengaliri pipinya.

Rasio pria jombo vs yang punya pacar di jurusan matematika berada di peringkat pertama di Universitas Jin Ling. Departemen kuantitatif lain masih bisa menemukan satu gadis cantik, tetapi bagi mereka... Jika mereka ingin menemukan seorang gadis cantik, mereka harus meyakinkan beberapa pria untuk melakukan cross-dressing.

Adapun mahasiswa dari jurusan lain, jika kau bilang pada mereka bahwa kau berasal dari jurusan matematika, reaksi pertama mereka adalah, "Oh, kau termasuk bagian pasukan penyendiri,", "Pernah punya pacar?", "Tidak pernah punya, kan?"
Biasanya, cewek tidak suka cowok yang tidak romantis. Sangat jarang menemukan pasangan.

Kalau tidak, mengapa seorang pria tinggi, tampan, pemain bola basket, dan pemuda selevel Rukawa Kaede seperti ku masih lajang?

Huh... Realitas itu kejam.

Shi Shang menatap langit.

Pada saat ini, Lu Zhou kembali ke asramanya. Ia tertawa ketika ia membuka pintu.

"Apa yang kalian bicarakan? Aku bisa mendengar kalian berteriak dari seberang lorong. Temukan saja sendiri seorang pacar. Sebelum akhirnya terlambat."

Huang Guangming memasang wajah serius ketika berkata, "Zhou, aku harus mengajukan pertanyaan yang sangat serius padamu. Jawab dengan jujur."

"Apa...?"

Shi Shang bertanya dengan serius, "Apakah kamu punya pacar?"

Lu Zhou berkata dengan tidak sabar, "Ya, tentu. Aku punya dua! Cemburu? Ingin aku meminjamkannya padamu?"

"F*ck off!" adalah jawaban dari ketiganya.

Lu Zhou berhenti. Ia terkejut dengan serempaknya mereka. Ia tiba-tiba sadar dan tertawa saat berkata, "Apa ... yang kalian pikirkan? Aku sedang berbicara tentang angka komposit dua digit. Aku menulis catatan tentangnya. Jangan sungkan untuk meminjam. Tapi ingat untuk dikembalikan."

"..."

"..."

"..."

Uh.

Ruangan menjadi sunyi lagi.

...

Keesokan harinya, Lu Zhou secara rutin bangun awal. Ia menyikat giginya, mencuci wajahnya, dan menuju ke kafetaria sambil membawa laptop-nya.

Kafetaria baru saja dibuka untuk bisnis, jadi, aula itu hampir kosong.

Ketika Lu Zhou berjalan masuk, ia bisa mencium aroma roti kukus baru matang yang enak dari jarak jauh.

"Bibi, bisakah aku membeli tiga roti kukus dan secangkir susu kedelai?"

"Oke! Anak muda, kau bangun sangat pagi. Aku akan memilihkan roti besar untukmu."

"Terima kasih, bi!"

Tak jadi masalah apa itu teman sekelas, guru, atau orang asing, Lu Zhou selalu bersikap sangat sopan.

Ayahnya mengajarinya untuk bersikap baik pada semua orang maka ia tak akan pernah "*mendapatkan tongkat pendek." (t/n *menderita akibat buruk dari sebuah situasi.)

Tentu saja, tidak ada yang absolut. Ayahnya bekerja di pabrik logam selama bertahun-tahun dan menderita banyak penghinaan. Di sisi lain, meskipun Lu Zhou ingat pelajaran yang diajarkan ayahnya, ia masih tak bisa mengendalikan diri dan sesekali akan mengumpat.

Setelah roti dikemas, Lu Zhou mengeluarkan kartu makanannya dan menempelkannya ke mesin.

Sedetik kemudian, ia merasa malu.

[Kartu ditolak]

Wanita di kafetaria melihat betapa malunya Lu Zhou dan tertawa sebelum berkata dengan ramah, "Tidak apa-apa. Uang tunai baik-baik saja. Saya bisa memberi Anda kembalian."

Lu Zhou mencari di sakunya dan mengeluarkan dompetnya. Ia merasa lebih malu.

Dompetnya kosong dan hanya ada kartu bank di dalamnya. Adapun ponsel Xiaomi-nya, ia meninggalkannya di carger di kamar asramanya. Ia bahkan tidak bisa memindai kode QR untuk membayar.

Kantin ini mungkin tidak menerima kartu bank, kan?

Sistem...

Mari kita bernegosiasi sedikit. Bisakah aku menukar poin umum dengan uang?

Batin Lu Zhou. Ia penuh penyesalan ketika sistem tidak merespons.

Pada saat ini, seperti kilatan guntur, mesin kartu berdering.

Lu Zhou seketika menoleh ke belakang dan melihat seorang gadis berponi. Ia berdiri di sana dan menatapnya sambil tersenyum saat ia melambaikan kartu makanannya.

"Hei, pagi."

"Pagi ..." Lu Zhou mengangguk. Ia tertegun.

Orang ini...

Siapa ya?

"Beraninya kamu! Kamu bahkan tidak mengenaliku!" kata Chen Yushan karena ia langsung tahu bahwa Lu Zhou tidak mengenalnya. Bibirnya mencebik karena marah.

"Oh, maaf ... Terima kasih. Bagaimana kalau aku tambahkan WeChat mu untuk menggantinya?"

"Gak masalah. Cuma dua dolar lima puluh. Aku tidak serendah itu. Juga, kita sudah menambahkan satu sama lain di WeChat!" kata Chen Yushan sambil mengibaskan rambutnya dan menyeringai. Ia mengulurkan tangan kanannya dan berkata, "Biarkan aku memperkenalkan diriku lagi. Namaku Chen Yushan. Aku di sekolah bisnis. Adik kecil, kau bisa memanggilku kakak."

Lu Zhou tidak tahu mengapa gadis ini menekankan pada kata "adik" atau mengapa ia menambahkan "kecil" di sana. Ia tidak mengerti bagaimana gadis ini bisa tahu ia lebih muda. Tapi, setelah mendengarnya bicara soal menambahkan WeChat, ia tiba-tiba ingat siapa perempuan ini.

Hanya saja...

Penampilannya banyak berubah!

Gadis ini mengenakan celana pendek denim dan sepasang sandal. Ia tidak tahu apakah harus menatap kaki panjangnya yang seksi. Gadis ini memiliki kaus putih kecil dengan lekuk tubuh yang sangat mencolok. Wajahnya sedikit dirias dan ia memakai lip gloss merah cerah. Yang paling mencolok, sepasang kacamata bulat terlepas. Mungkin ia memakai lensa kontak?

Chen Yushan memperhatikan bahwa Lu Zhou terdiam dan ia diam-diam bahagia. Teman sekamarnya menyeretnya untuk memberinya makeover, yang agak membuatnya kesal. Tapi, sekarang, ia merasa usaha itu sepadan.

Tentu saja, tubuhnya secara alami menarik. Ia hanya terbiasa tidak peduli.

Orang normal tak akan menghasilkan setengah dari usaha yang didapatkan meskipun mereka mencoba.

"Apa? Adik kecil?" Chen Yushan mengibaskan rambutnya yang panjang, mengerucutkan bibir, dan menertawakan Lu Zhou dengan nakal. Matanya mengisyaratkan, "Apa kamu kehabisan kata?"

Lu Zhou diam sejenak dan menatap Chen Yushan. Ia merenungkan bila ia harus mengatakannya. Akhirnya, ia menyerah pada kebaikan hatinya dan akhirnya dengan tenang berkata, "AC di perpustakaan sangat dingin. Kamu akan merasa dingin mengenakan ini."

"..."

Chen Yushan merasa bodoh karena mengantisipasi tanggapannya.

Lu Zhou memakan salah satu dari tiga roti, memasukkan sisanya ke dalam kantong plastik dan memasukkannya ke dalam ranselnya. Chen Yushan menyeruput mie. Ia melihatnya dan tak berkomentar. Ia hanya beranggapan itu sikap yang sungguh terhormat untuk tidak menyia-nyiakan makanan.

Keduanya selesai makan pada waktu bersamaan dan mulai berjalan menuju perpustakaan.

Di tempat lama yang sama, Chen Yushan duduk di sebelah Lu Zhou. Ia mengeluarkan buku latihannya dan mulai membacanya. Melakukan make over hanya agar ia punya pengalaman dan memuaskan teman sekamarnya. Itu tidak mengubah kebiasaan belajarnya sama sekali.

Di sisi lain, Lu Zhou mengeluarkan laptopnya dan mulai mengedit tesisnya.

Metode perhitungan yang Profesor Tang tunjukkan padanya kemarin sangat penting untuk pengembangan tesisnya. Dengan ingatan yang segar di benaknya, ia memutuskan untuk memilih bagian terpenting dari tesis untuk ditulis.

Setelah itu, hanya ada tiga bagian yang sulit untuk diketahui. Jika ia memaksakan diri, ia bisa mencoba menyelesaikan tesis ini pada akhir bulan!

Proses peninjauan jurnal sains sangat lambat dan seringkali memakan waktu hingga tiga bulan. Bahkan untuk jurnal jelek seperti AMC, masih lambat. Ia tidak ingin mengambil setengah tahun hanya untuk menyelesaikan misinya.

Waktu berlalu dengan cepat dan kini sudah siang.

Chen Yushan menghabiskan sepanjang pagi mengerjakan latihan soal ketika ia memandang Lu Zhou dan perlahan mengetuk lengannya.

"Adik kecil, adik kecil, bagaimana kalau kita makan siang bersama?"

Ia hampir seperti kecanduan memanggilnya adik bakan mengatakannya dua kali.

Lu Zhou ragu-ragu dan menggelengkan kepalanya, "Aku baik-baik saja. Aku tidak lapar. Kau duluan."

Hari ini Minggu dan layanan isi ulang kartu makanan ditutup. Belum lagi, ia meninggalkan teleponnya di asramanya. Bagaimana mungkin ia membiarkannya mentraktirnya lagi?

"Kau yakin? Aku akan mentraktirmu," kata Chen Yushan.

Lu Zhou meneteskan air liur saat memikirkan daging barbekyu kafetaria.

Akhirnya, godaan makanan mengatasi logika. Ia berkata dengan nada menyesal, "Oh ... Ayo pergi. Aku akan mentraktirmu lain kali."

Roti-nya sudah dingin pula. Rasanya akan sama saja walau ia menyimpannya untuk makan malam.

"Ah, aku akan ingat janjimu! Ayo. Nanti terlalu ramai kalau kita gak cepat-cepat," kata Chen Yushan. Ia berdiri, berbalik dan merasa percaya diri.

Siapa yang peduli jika IQ mu tinggi? Kamu masih jatuh di bawah tekanan penampilan dewi-ku yang elegan!

Sementara itu, Lu Zhou yang berjalan di sebelahnya tak menyadari rasa puasnya yang terpancar dari temannya. Ini karena ia sedang memperdebatkan pertanyaan yang sangat penting.

Haruskah aku makan daging rasa jintan?

Atau daging rasa lada?

SATS Bab 10:: List
SATS Bab 10:: Text

Tinggalkan Komentar

Thanks for submitting!

SATS Bab 10:: Feedback Form

Subscribe Form

Thanks for submitting!

©2021 by Flame of Dante. Proudly created with Wix.com

bottom of page